Taiwan-SM, Selasa (16/03/2021) Seringnya mengonsumsi gosip miring tentang pelayanan kepulangan PMI di Wisma Atlit membuat salah satu PMI Taiwan ini ketakutan dan hampir menderita kerugian tiket.

Sebut saja nama dia Ani yang bekerja di Taiwan sebagai penjaga pasien jompo. Disebabkan orang tuanya sakit keras dia memutuskan kontrak dengan majikan. Bersyukur agency dan majikan tidak mempersulitnya.

Ani yang sering membaca postingan di jejaring sosial media dan video Tik Tok mendapati berita tentang PMI yang pulang ke tanah air jika turun di Jakarta dan dikarantina gratis akan di nyatakan positif corona biarpun sudah melakukan test PCR dengan hasil negatif. Berbeda perlakuan jika turun di Surabaya yang tanpa karantina.

Dari berita di Tik Tok bukannya mendapat pencerahan justru Ani malah menjadi takut dan khawatir akan lama dalam proses karantina.

Termakan berita yang tidak ada kejelasannya itu, Ani lalu meminta agency untuk membelikan tiket dengan tujuan Surabaya demi menghindari karantina dan supaya lebih cepat tiba di Kebumen Jawa Tengah, kampung halamannya. Agency pun mengiyakan tanpa bertanya dan menjelaskan lebih banyak kepada Ani.

Sambil menunggu waktu ke Depnaker untuk tandatangan pemutusan kontrak Ani menghubungi GANAS COMMUNITY dan mengkonsultasikan kepulangannya. Ani juga menunjukkan tiket ke tanah air.

Dari keterangan tiket yang dipesan, penerbangan dari Taipei ke Surabaya ternyata masih harus transit Jakarta dengan hari dan tanggal yang sama.

Fajar, Ketua Ganas Community menjelaskan karena transit Jakarta maka tetap wajib karantina.

“Saya sarankan supaya membatalkan tiket yang menuju ke Surabaya sebab bisa dipastikan hangus.”

Fajar dan komunitasnya tidak sekali dua kali menerima pengaduan perihal info PMI pulang karantina dan tanpa karantina yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Ia berpesan kepada kawan kawan PMI untuk menyikapi berita dengan bijak. Bukan dengan menelan informasi mentah mentah yang justru akan merugikan diri sendiri.

Terlebih lagi berita hanya berasal dari pihak yang merasa menjadi korban dan hingga hari ini tidak ada klarifikasi resmi dari pihak atau instansi terkait atas kejadian tersebut.

Menurutnya berita yang beredar di Tik Tok tentu tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi PMI awam juga cenderung menggiring opini bahwa karantina yang berbayar lebih aman. Dan justru memunculkan pihak pihak yang memanfaatkan situasi ini.

Fajar terus mendorong PMI untuk selalu berpikir dengan logika dan tidak lupa berdo’a. Menurutnya turun dibandara manapun tidak ada yang menjamin bebas dari paparan virus, sebab PCR bukan antisipasi hanya untuk mendeteksi.

“Karantina dimanapun juga tidak ada jaminan negatif test PCR. Kekhawatiran serta pemikiran yang negatif justru membuat daya imun tubuh menurun. Tetap ikuti protokol kesehatan, berdoa dan jika ada kejadian yang tidak diinginkan silahkan laporkan dihelpdesk yang sudah tersedia.” Pungkas Fajar kepada Sinar Migran. ### Fjr