Jalan Panjang Kesuksesan PRT Migran
- By : Admin
- Category : Politik
- Tags: BMI, buruh migran, Buruh Migran Indonesia, diskriminasi, dokumen, ekonomi, Hak Buruh, hak privasi, Indonesia, kecelakaan, kekerasan, kesehatan, ketenaga kerjaan, pekerja, pendidikan, perburuhan
Pandangan masyarakat terhadap Pekerja Rumah Tangga Migran atau PRT Migran sering dikaitkan dengan hidup mewah dan pulang sukses.
Kemewahan disini tidak lain dari yang terlihat di penampakan luar selama di luar negeri dan yang saat itu dimiliki. Yang ditampilkan di media sosial dan berita arus utama.
Iming iming dari maraknya pelatihan diluar negeri mulai dari investasi, menabung, pengelolaan uang, memasak, kuliner, kerajinan tangan, dan lain lain mengharap seorang purna PRT bisa sejahtera dan sukses tanpa perlu kembali lagi ke luar negeri.
Maka bayangan mempunyai usaha ternak ayam, ikan, kambing, sapi, minimarket, laundry, café, menjadi petani modern, pengusaha hidroponik, katering, dan semacamnya menjadi sering di gaungkan ketika BMI diluar negeri.
Termasuk membangun mimpi supaya mampu menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi. Membangun rumah yang besar, bertingkat dengan pekarangan luas, dan seterusnya.
Bekerja menjadi PRT di luar negeri bukanlah sebuah acara wisata!
Bekerja di luar negeri merupakan sebuah perjuangan yang penuh dengan pengorbanan.
Jalan terjal dan keras sudah dirasa BMI sejak dari negara asal. Bekerja di negara yang tidak pernah dikenalinya sama sekali, latar belakang, bahasa dan budaya yang jauh berbeda, tidak mengenal hukum negara penempatan, bekerja disektor yang berbahaya, dengan kondisi buruk dan kotor sehingga tidak heran jam kerjanya sangat panjang, rentan mengalami kecelakaan kerja dan menderita fisik dan mental serta tidak ditanggung asuransi secara maksimal. Bahkan banyak sekali PRT yang kehilangan nyawa ketika berkerja diluar negeri baik karena kecelekaan ataupun korban dari kejahatan.
PRT, yang di kategorikan sebagai pekerja informal, dan dianggap ‘’unskilled workers’’ (tenaga tidak terampil) yang masih banyak mengalami diskriminasi baik dinegara penempatan maupun dinegara asal.
Dari cap tidak terampil tersebut maka pemerintah banyak membuat peraturan yang memaksa, tidak adil dan tidak melibatkan PRT. Jika dilanggar, PRT bisa menuai denda dan pelarangan. Peraturan yang memberatkan dan mempersulit sekalipun.
Lalu bagaimana dengan PRT yang sial dalam bekerja. Yang pulang dalam keadaan sakit, cacat karena kecelakaan kerja atau korban dari kekerasan majikan, mempunyai hutang sana sini, kehidupan tetap pas-pasan, modal pas-pasan untuk berjualan online atau para PRT yang pulang tidak bernyawa?
Banyak yang memutuskan kembali lagi bekerja ke luar negeri. Menanggung hutang, bekerja memulai dari titik nol dengan potongan gaji yang tinggi dan tidak ada perlindungan.
Apakah mereka ‘’tidak sukses’’?
Pandangan masyarakat bahwa bekerja di luar negeri pasti menghasilkan banyak uang dan jika tidak maka PRT itu sendiri yang sudah pasti melakukan kesalahan dalam mengelola uang dan atau dalam bekerja.
Mereka lupa dimanapun kita bekerja pasti akan ada kebutuhan hidup, akan ada keluarga yang meminjam uang dan pura-pura lupa, akan ada majikan yang jahat, dan siapapun bisa mengalami kemalangan dan kecelekaan mengintai disaat yang tidak terduga, pemecatan misalnya.
Komentar miring dan saling keypoh
‘’kerjo bertahon-tahon, kok ga duwe duet, kok ga nyantel blas’’ 1
‘’Kerjo suwe nang luar kok umah e ejek elek’’ 2
Uangnya kemana?
‘’Ojo dikirim terus duet e, disimpen dikirim tiwas enthek’’ 3
Realiti cek tidak jarang ATM kita hanya menjadi perantara uang dari majikan ke keluarga di tanah air tercinta. Bukan disengaja, kebutuhan keluarga kita jadikan prioritas hingga tidak mampu menabung, terutama bagi PRT yang mempunyai tanggungan anak sekolah atau anggota keluarga yang sakit kronis.
Dan perlu diakui kurangnya pengetahuan PRT tentang bagaimana cara mengatur keuangan juga menjadi salah satu alasan kenapa PRT tidak mampu menabung. Tugas kita bersama untuk terus belajar dalam hal financial planning and budgeting. 4
Untuk teman-teman PRT tanamkan dalam diri bahwa kesuksesan seseorang itu dinilai dari diri sendiri. Jangan berkecil hati, jangan menyerah teruslah berjuang!
Mengukur kesuksesan PRT dari segi materi kurang pas.
Siapapun yang pernah bekerja di luar negeri dan pulang ketanah air;
menjadi seorang pengusaha yang kaya
miskin tidak punya apa-apa
atau yang pulang tinggal nama.
Mereka sama.
Mereka adalah orang-orang yang sukses.
Sukses dalam melawan kemalasan
Sukses berusaha keluar dari kemiskinan
Sukses dari sikap mengharap bantuan gratis dari pemerintah
Sukses menjadi manusia yang bertanggung jawab
Sukses menjadi insan yang bekerja keras.
Sukses dalam memperjuangkan masa depan.
Mengenal dan memperjuangkan hak supaya berani melindungi diri dan keluarga dari segala jeratan perampasan hak, mulai jeratan overcharging, penahanan dokumen, jeratan hutang, buta hukum dan menutup diri dari mengenal hak sebagai pekerja, manusia dan perempuan sudah lama tidak dianggap sebagai buah dari kesuksesan besar oleh masyarakat umum dan bahkan oleh pemerintah sendiri.
Sukses sebagai Pekerja Migran termasuk PRT adalah ketika merubah pola pikir dengan menjadi pribadi yang punya keberanian meninggikan martabat kemanusiaan agar setara dengan yang lain. Dan bukan gelimangan materi-finalsial semata.
Merupakan pekerjaan panjang membalikkan pandangan tersebut,
Namun tidak ada yang tidak mungkin selama perubahan berasal dari dalam diri dan tidak menitipkan kepada pihak lain. ###WS
Indek
1. ’’Kerja bertahun-tahun, kenapa tidak mempunyai uang, tidak kelihatan hasilnya’’
2. ’’Lama berkerja di luar negeri tapi rumahnya masih jelek’’
3. ’’ Jangan sering-sering mengirim uang, disimpan saja’’
4. ’’ Perencaan keuangan dan anggaran’’
No Comments